Minggu, 14 Februari 2016

Jilbab Putih Itu

BAB 1
Bungkus Kado Pink


"I don't know who you are, but I.. I'm with you.."

Lagu I'm with you by Avril Lavigne mengalir begitu lancar dan merdu membuat seantero kelas tertuju pada sosok wanita cantik yang kulitnya putih kemerahan bak seorang puteri. Petikan gitarnya menambah indah nyanyiannya. Suasana menjadi hening seketika, tapi keheningan itu tak membuat wanita itu canggung. Malah dia merasa kelas ada dalam kendalinya.

'Ya'elah pada bengong! Nyanyi bareng yuk." Ujarnya bersemangat.

Semangat itu pun menyetrum seluruh anggota kelas. Jadilah saat itu kelas berkonser ria. Semuanya ikut bernyanyi, ada yang keras, ada yang pelan, ada pula yang ikut bernyanyi di  dalam hati. Yah, masa-masa SMA memang begitu menyenangkan.

Setengah jam berlalu, musik yang awalnya mengitari dinding-dinding kelas kini berhenti tiba-tiba. Laki-laki berwajah tegas, berahang kuat, telah berhasil membanting stir susana kelas mejadi tegang.

"Siapa ketua kelas disini?" Tanyanya sangar. Wajahnya hampir menyamai para tentara yang mengintrogasi musuh-musuhnya

"Saya, Pak." Jawab seorang lelaki bertubuh kurus dengan tegas.

"Kenapa kamu membiarkan teman-temanmu tidak disiplin?" Tanyanya geram

"Bukan dia pak, tapi saya" jawab Renta dengan mengajukan tangannya

"Saya yang mengajak mereka bernyanyi." Lanjutnya tanpa beban.

"Sekarang kamu tidak perlu mengikuti pelajaran saya." Jawab guru itu tegas

"Tapi apa salahnya kami bernyanyi, Pak? Jam pelajaran tadi kosong." Jawabnya kembali bertanya.

"Kamu mengajarkn teman-temanmu tidak disiplin. Saya tidak akan melarang kalian bernyanyi bersama, jika kalian melakukan itu di waktu yang tepat. Bukan di waktu pelajaran. Sekarang kamu keluar"

Tanpa beban apapun Renta keluar dari kelasnya. Rambut panjangnya terbang diterpa angin. Kini langkahnya hanya tertuju pada satu tempat, KANTIN!


"Hei, Rent!" Sapa Angga, sahabatnya.

"Hei" jawab Renta acuh

"Kenapa lo?" Tanya Angga yang merasa aneh dengan suasana hati Renta.

"Gak papa." Jawab Renta cuek.

"Nih kado buat lo, ulang tahun kan lo?" Ujar Angga dengan melempar bungkusan kotak berwarna pink

"Yah, gue aja lupa hari ini gue ulang tahun. Thanks ya!"

"Lo sering gitu emang, kan? Yaudah deh gue pergi ya. Bye!"
Renta hanya merespon dengan diam.

Setelah beberapa lama Angga pergi, dia membuka bungkus kado dari Angga. Ia membuka kotak yang sebelumnya dibaluti bungkus pink. Matanya terperanjat melihat isi dari kotak itu. Sebuah kerudung putih! Matanya nanar dan ingin rasanya meneteskan air matanya. Tapi semua itu ia urungkan. Ia segera pergi dari kantin. Dan langsung saja,  ia menuju satu ruang, kamar mandi! Ia melihat bayangan dirinya di depan cermin yang terletak di dalam ruangan yang didalamnya terdapat beberapa wastafle dan beberapa kamar mandi. Ruangan itu sepi, tak ada yang menghuni. Kecuali Renta.

"Baju berlengan panjang, rok panjang, tinggal pake kerudung buat nyempurnain nutup aurat lo!" Kata-kata itu terus terngiang di otaknya. Kata-kata dari sahabatnya, Angga, cukup membuat ia tetap terjaga di setiap malamnya.

"Aku gak bisa pake kerudung ini. Orang tuaku tak akan setuju. Mereka selalu melarangku memakai kerudung karena belum saatnya. Apa yang harus aku lakukan?"

Air matanya terus mengalir. Berkali-kali ia dimarahi orang tuanya karena selalu mencoba memakai kerudung. Mereka selalu berkata belum saatnya dia memakai kerudung. Lalu kapan saatnya? Orang tuanya selalu berkata 'nanti, jika kau sudah menikah'. Jawaban apa itu! Hatinya selalu menolak jawaban itu dan ingin membangkang pada orang tuanya. Tapi dia tidak berdaya untuk membangkang karena selama ini ia selalu patuh pada mereka. Ia membuka lipatan kerudung yang diberikan Angga, lalu jatuh satu surat.

 Surat itu berisi :
"Udah saatnya lo pake kerudung. Yakinin orang tua lo. Lo takut sama orang tua lo tapi lo gak takut sama Allah yang uda nyiptain lo sama orang tua lo? Kuatkan hati lo, setiap pilihan menjadi lebih baik memang kadang berat dan butuh keteguhan hati!"

Sukses! Surat dari Angga sukses membuat Renta menangis. Renta bergegas pergi meninggalkan kamar mandi. Bel pulang telah berbunyi. Ia melangkahkan kakinya ke kelas yang sudah tak dipimpin oleh Pak Guru berwajah sangar itu. Dia langsung mengambil tasnya dan bergegas pergi pulang.

***

"Ma, Renta mau berangkat sekolah." Celoteh Renta riang.

"Iya sayang. Ini jangan lupa bekalmu." Jawab seorang wanita paruh baya yang langkahnya terburu-buru mengejar Renta. Tapi langkah itu berhenti seketika saat melihat Renta berbalut jilbab putih susu. Ia terperanjat melihat anaknya yang tak patuh pada perintahnya.
Hati Renta berdebar, takut, wajah mamanya terlihat kecewa padanya.

"Kamu.. kenapa? Mama kan sudah bilang belum saatnya." Ujar mama Renta heran.

"Maaf, ma. Kali ini Renta harus melanggar perintah mama. Udah saatnya Renta menutup aurat Renta." Jawab Renta tersenyum. Cukup canggung, tapi ia terus berusaha menguatkan hatinya.

"Lepas kerudungmu."

"Enggak, Ma. Renta akan tetap memakai kerudung ini." Renta lalu segera pergi dari hadapan mamanya.

Rintik-rintik hujan mulai berjatuhan. Sama dengan air mata mama Renta, yang turun setetes demi setetes..

***

"Eh itu Renta kan? Apa yang terjadi padanya?" Berbagai pertanyaan mulai terlempar dari beberapa siswa yang juga bersekolah di sekolah yang sama dengan Renta.

"Ren kesambet apa lo?" Celoteh seorang wanita yang selama ini tak suka pada Renta.

Renta hanya tersenyum mendengar semua celotehan mereka. Semua pertanyaan pun ia jawab dengan senyuman. Kerumunan lelaki yang biasanya menggoda Renta dengan kata "pagi cantik", "pagi manis", kini tak lagi berani menggodanya. Hanya tatapan mata keheranan yang berlangsung sekejap dan berganti wajah yang ditundukkan ketika Renta membalasan tatapan mereka.

"Lo Renta?" Kejut Angga yang berjalan di belakang Renta.

"Apaan si, Ga."

"Waw! Cantik." Ujar Angga spontan

Sejurus tendangan langsung ia torehkan pada Angga. Dari dulu sampai sekarang ia merasa risih dengan mereka yang menujinya cantik.

"Aww! Gila lo ya, cantik-cantik ganas!"  Kesal Angga pada Renta.

"Udah tau gue risih dibilang cantik. Masih aja lo ngomong gitu." Jawab Renta sinis.

"Emang apa salahnya sih dibilang cantik? Diemin aja gitu kek."

"Kalo buat lo gak bisa gue diemin!"

"Hhhh.. yaudah sih. Btw, emang bener lo lebih manis pake kerudung." Ujar Angga tersenyum.

"Setiap wanita yang pake kerudung emang lebih manis."

"Iya sih, apa yang buat lo berubah gini?"

"Cinta!"

DEG! Angga terkesiap. Maksudnya apa? Cinta? Mungkinkah Renta merasakan rasa itu untuknya?

*bersambung..


Nurul Fitriani Winarsih~

2 komentar: